*** Tak kenal maka tak sayang. Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda ***

Senin, 02 Mei 2011

Perdarahan pada Kehamilan

Sejak pembuahan sel telur oleh spermatozoa dan kehamilan terjadi, seorang wanita tidak akan mengalami haid/amenore. Ini diakibatkan oleh pengaruh hormonal yang terjadi pada tubuh ibu hamil tersebut. Sejak saat itu berarti tidak ada lagi pengeluaran darah dari vagina seperti yang terjadi sebelumnya saat haid. Jika pada saat kehamilan terjadi pengeluaran darah dari vagina, maka ibu hamil tersebut harus memeriksakan kehamilannya karena itu merupakan hal yang patologis/gangguan yang membahayakan baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Pada kehamilan muda, perdarahan itu sering diakibatkan oleh karena abortus/keguguran. Baik berupa abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman akan terjadinya abortus (abortus iminens) atau abartus tingkat lanjut yang berupa abortus insipiens, abortus inkomplet, maupun
abortus komplit. Gejala abortus umumnya ditandai dengan keluarnya darah dari vagina yang disertai nyeri perut/mules. Pada abortus iminens, sering juga hanya menampakkan gejala perdarahan dari vagina tanpa disertai nyeri perut. Pada abortus tahap ini tidak didapatkan pembukaan pada mulut rahim sehingga penanganan medis yang dilakukan adalah menyelamatkan kehamilan (konservatif) dengan pemberian obat-obatan dan dilakukan tirah baring sampai perdarahan tersebut berhenti. Jika perdarahan sudah berhenti pasien diijinkan pulang dari rumah sakit. Dokter biasanya menyarankan untuk tidak melakukan pekerjaan berat dan tidak melakukan hubungan seksual untuk sementara. Pada abortus insipiens mulut rahim sudah terbuka tetapi biasanya hasil konsepsi masih berada dalam rahim. Jika hasil konsepsi telah dikeluarkan sebagian ini disebut abortus inkomplit. Tindakan yang dilakukan dokter untuk kedua jenis abortus ini adalah melakukan pengeluaran seluruh hasil konsepsi dilanjutkan dengan kuretase. Abortus komplit berarti bahwa semua hasil konsepsi telah keluar spontan, disini dokter tidak melakukan tindakan khusus, hanya member vitamin tambah darah untuk pemulihan kondisi pasien. Perdarahan biasanya sedikit dan cepat berhenti, dengan mulut rahim yang sudah menutup. Selain abortus, perdarahan pada kehamilan muda sering juga disebabkan oleh kehamilan di luar kandungan (kehamilan ektopik). Pada kasus ini juga ditandai dengan nyeri yang timbul pada perut bawah yang makin lama makin sering dan tambah keras. Kehamilan di luar kandungan sangat berbahaya karena bisa beresiko terjadinya perdarahan yang banyak mengalir ke rongga perut, yang menyebabkan pasien jatuh kedalam keadaan anemi berat dan syok. Penanganan yang dilakukan biasanya operasi untuk menghentikan perdarahan, mengeluarkan darah dan hasil konsepsi. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan tua biasanya disebabkan oleh kehamilan dengan plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim (plasenta previa) dan perdarahan oleh karena terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta sebelum waktunya (solutio plasenta). Pada plasenta previa, plasenta beimplantasi sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian lubang keluar rahim. Dengan perkembangan uterus pada kehamilan, menyebabkan plasenta mengalami robekan/pelepasan sehingga terjadi perdarahan. Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan dari rahim keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan ini biasanya terjadi pada akhir trimester kedua ke atas. Pada umumnya dokter melakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk manegakkan diagnosis. Pasien yang mengalami perdarahan aktif akibat plasenta previa harus di rawat di rumah sakit dan dilakukan tirah baring. Jika ternyata perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan masih prematur, pasien diijinkan pulang dilanjutkan dengan perawatan rumah. Larangan biasanya diberikan untuk tidak berhubungan suami istri dan sebaiknya tidak melakukan pekerjaan rumah tangga. Sering pasien juga memerlukan tranfusi darah untuk mengembalikan darah yang hilang selama perdarahan. Pasien dengan plasenta previa dalam trimester ketiga dan cukup bulan yang terdeteksi ultrasonografi belum ada pembukaan pada serviks persalinan dilakukan dengan seksio sesaria. Seksio juga dilakukan apabila ada perdarahan banyak yang mengkhawatirkan. Satu lagi perdarahan pada kehamilan setelah trimester pertama adalah solutio plasenta. Solutio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya sebelum waktunya. Gejala dan tanda klinis yang klasik dari solutio plasenta adalah terjadinya perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina, rasa nyeri perut, dan uterus tegang terus-menerus. Diagnosa biasa ditegakkan dengan color Doppler, USG, dan menggunakan kardiotokografi (KTG) untuk mengetahui denyut jantung janin yang bisa tampak pada solutio plasenta berat. Solutio plasenta mempunyai prognosis buruk baik bagi ibu hamil dan lebih buruk lagi bagi janin jika dibanding dengan plasenta previa. Prognosis ini juga dipengaruhi oleh berat ringannya solutio plasenta tersebut. Semua pasien curiga menderita solutio plasenta harus dirawat inap di rumah sakit yang berfasilitas cukup. Penanganan terhadap solutio plasenta bisa bervariasi sesuai keadaan kasus masing-masing tergantung berat ringannya penyakit, usia kehamilan, serta keadaan ibu dan janinnya. Bilamana janin masih hidup dan cukup bulan, dan bilamana persalinan pervaginam belum ada tanda-tandanya, umumnya dipilih persalinan melalui bedah sesar darurat. Mengingat resiko serius yang bisa terjadi pada perdarahan saat kehamilan baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya, maka diperlukan kesadaran dari ibu hamil untuk segera memeriksakan kehamilannya jika mengalami gejala keluar darah dari vagina disertai gejala-gejala lain yang menyertai. Dengan pemeriksaan yang segera, dan dilakukan tindakan medis yang sesegera mungkin akan dapat mengurangi resiko terjadi gangguan pada ibu dan janin maupun resiko kematian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar