*** Tak kenal maka tak sayang. Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda ***

Kamis, 02 September 2010

PTT PERTAMAKU (Kab.Barito Selatan, Kalteng)

Catatan kali ini sebenarnya sih flashback perjalanan ptt ku yang pertama. Perlu diketahui ptt yang aku jalanin adalah ptt Depkes. Memang gak wajib sih sekarang lulusan dokter untuk menjalani ptt yang dulu diperlukan untuk syarat memperoleh ijin praktek. Banyak motif sekarang lulusan dokter ikut ptt, dari hanya sekedar jalan-jalan pakai uang Negara(itu istilah kami para doter ptt), cari pengalaman, cari status selesai masa bakti untuk keperluan sekolah, sampai cari modal untuk sekolah. Kalau aku sepertinya yang terakhir, maklum lah kalau lihat sekarang biaya pendidikan spesialis sudah sulit bisa dijangkau.
Kita mulai cerita dari sebelum berangkat ke tempat tugas. Tepat lima hari sebelum berangkat, aku menjalani operasi tonsilektomy (operasi amandel) di sebuah rumah sakit. Ini akhirnya ku lakukan agar nanti saat bertugas di tempat ptt tonsillitis yang sering aku alami sebelumnya tidak kumat lagi. Akhirnya saat itu adalah pertama kali aku dipasang infus, dan pertama kali aku di suntik (dokter yang gak pernah disuntik).
Akhirnya tibalah saat keberangkatanku ke tempat tugas. Saat itu aku masih proses penyembuhan, hanya bisa makan bubur kalau aku lagi lapar. Tekadku yang kuat membuat aku semangat berangkat, walau harus meninggalkan keluarga, istri dan anak yang masih belum mengerti ayahnya pergi kemana. Sesaat sebelum mendarat di Palangkaraya, saat aku menengok di jendela pesawat, kesan pertama aku dapatkan adalah aku bertugas di daerah yang banyak sungai dan hutan lebat. (tapi tetap semangat). Kurang lebih empat hari aku di Palangkaraya untuk mengurus segala surat menyurat, SK, dan uang perjalanan sebelum berangkat ke kabupaten tujuan. Keberangkatanku ke Buntok, Barsel (Kab. Tujuan) aku lalui melalui darat lewat jalur baru menerobos hutan. Sungguh perjalanan yang menantang, yang baru pertama kali aku alami. Di kiri kanan tampak hutan, rawa, dan menyebrangi 4 sungai besar(sekarang hanya 1 kali). Oh ya.. Aku berangkat ke Buntok bersama 2 teman, 1 dokter umum dan 1 dokter gigi. Penyebrangan yang menegangkan. Mobil yang kami tumpangi di angkut kapal rakitan yang dibuat masyarakat sekitar untuk disewakan. Tibalah kami di buntok, yang kata orang dipelesetkan buntu dan mentok. Ini karena memang kotanya terletak agak di dalam, dan sebelumnya hanya bisa diakses melalui satu jalur, sehingga terkesan buntu. Tiga hari di buntok adalah saat dimana semangatku ptt jadi down. Itu dikarenakan aku terkena Malaria, dan harus dirawat di RS selama 3 hari. Saat sakit ini aku berfikir kenapa aku jauh-jauh ptt. Seandainya ada keluarga pasti ada yang merawat. Tapi semangatku muncul lagi setelah melihat kepedulian teman-teman walaupun baru aku kenal. Terutama perhatian senior dari Bali yang selalu menemaniku selama aku sakit. (Terima kasih Bli Wayan E). Hampir 2 minggu aku berada di Buntok, sampai akhirnya aku berangkat ke kecamatan tempat tugasku. Aku ditugaskan di Puskesmas Kec. Jenamas, yang aku tempuh dari Buntok selama 4 jam melalui sungai dengan menyewa Speedboat. Sungguh pengalaman yang lebih menegangkan. Bayangkan menaiki speedboat yang begitu cepatnya melalui Sungai Barito yang sungguh lebar, dan entah seberapa dalamnya. Yang pasti sangat dalam karena bisa dilalui kapal tongkang batu bara yang sering hilir mudik. Jenamas memang hanya bisa ditempuh lewat jalur sungai, tidak ada jalur darat. Selama bertugas di Jenamas, banyak pengalaman berkesan aku dapatkan. Di sana aku mulai belajar bermasyarakat. Staf puskesmasnya baik semua, terutama seorang perawat gigi yang tinggal di sebelah rumah dinasku, yang sering memberi aku makanan dan mengantarku berkeliling naik klotok/perahu melihat kerbau rawa beberapa hari sebelum aku menyelesaikan ptt(terima kasih mama Ari sekeluarga). Pengalaman sebagai dokter di daerah terpencil menangani pasien juga begitu berkesan. Saat dijemput pasien untuk datang ke rumahnya menggunakan klotok. Pernah aku dijemput malam menggunakan klotok kecil tanpa penerangan, untuk menangani pasien post melahirkan dengan plasenta yang belum keluar. Sebenarnya takut juga sih karena malam, tapi melihat konsisi pasien akhirnya aku berangkat juga dengan sebelumnya aku meminjam pelampung di pos penjagaan dinas perhubungan. Kasus ini bisa aku tangani segera, disinilah letak kepuasannya sebagai dokter di daerah terpencil. Pengalaman ini takkan pernah terlupakan. Banyak pengalaman lain yang aku dapatkan selama ptt di Jenamas yang sangat panjang kalau aku ceritakan. (Jadi pingin ke Jenamas lagi). Pendek kata setahun sudah lewat, sampai akhirnya tiba waktu untuk pulang kembali ke Bali. Aku gak perpanjang ptt karena sementara pingin menghabiskan waktu dulu bersama keluarga. Segini aja dulu cerita ptt pertamaku ya… Semoga yang belum ptt jadi tambah semangat untuk ikut ptt. Hitung-hitung mengabdi untuk negara di daerah terpencil sambil jalan-jalan… (tulisanku pasti banyak kekurangan, maklum ya baru belajar menulis di blog)(erix 2/9/10 pk 19.30 wib)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar